Senin, 01 November 2010

Sepatu Lusuhku

Begitulah panggilan ku padanya. Dari pertama dia menemani langkahku membisu dia tanpa suara, tak pernah rasa keluh yang kurasakan darinya. Melewati berbagai rintangan, becek, berbatu, berpasir, berlumpur bahkan panasnya terik matahari serta dinginnya udara tetap dia bersama diriku, mengawali langkahku melewati pintu rumahku. Kotor tampak dari dirinya setelah seharian bersamaku. Hari demi hari demikian kulakukan. Sampai perlahan ku mulai mangabaikannya tapi tetap dia setia akan ku. Robekan yang mulai timbul dan warna yang kian pudar membuat ku tak tertarik lagi. Pudar sudah inginku padanya terlebih aku sudah memiliki pengganti dirinya yang tentunya lebih bagus dan terlihat masih sempurna. Sekian lama ku mengabaikannya sampai suatu saat tak sengaja ku menemukannya kembali diantara tumpukan sepatu tua dirumahku seperti kenangan ku dengan dirinya teringat kembali, saat begitu senangnya diriku dulu padanya, saat inginku selalu memakainya di setiap waktu. Hah sepatuku yang keren sekarang tampak begitu lusuh tapi dia tetap sepatuku yang pernah bersamaku dan begitupun sekarang dia tetap sepatuku sampai nantinya dia tak sanggup lagi menemaniku dan membusuk diantara sepatu-sepatu lain aku akan terus memakainya.